Mengenai mekanisme penerbitan buku. Tulisan dibuat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Jika ada pembaca yang ingin mengoreksi atau menambahkan informasi, dipersilakan. Semoga bermanfaat.
Saat kita sudah memiliki draft naskah yang ingin diterbitkan menjadi sebuah buku, ada beberapa pilihan cara yang bisa digunakan, yaitu:
- Mencetak dan menerbitkannya secara indie.
- Mencetak secara indie dan menjualnya melalui bantuan distributor buku professional.
- Mencetak secara indie dan menjualnya melalui bantuan toko buku online.
- Mencetak dan menerbitkannya melalui perusahaan self-publishing online.
- Menerbitkannya melalui penerbit buku konvensional.
Saya akan membahasnya satu per satu.
1. Mencetak dan menerbitkannya secara indie.
Pertama akan dibahas mengenai mencetak buku secara indie yang akan dilakukan oleh penulis yang ingin menerbitkan buku dengan cara seperti poin 1, 2, dan 3.
Langkah pertama mencetak buku secara indie adalah tentukan ukuran buku. Ukuran buku bisa berapa saja tergantung keinginan kita, biasanya sekitar 14 cm (lebar) dan 20 cm (tinggi) untuk buku fiksi. Sebaiknya diskusikan masalah penentuan ukuran (termasuk juga jenis kertas dan jumlah eksemplar) dengan pihak percetakan untuk mengetahui komposisi yang paling efisien sehubungan dengan biaya cetak.
Untuk pembuatan cover bisa dilakukan menggunakan software desktop publishing apapun. Cover sebuah buku terdiri atas 3 bagian: cover depan, cover tengah, dan cover belakang. Cover depan paling tidak berisikan: judul buku, nama penulis, dan nama penerbit. Cover tengah diisi dengan judul buku dan nama penulis. Cover belakang berisikan informasi ringkas tentang isi buku (bisa juga diisi dengan komentar singkat tentang buku atau profil penulis), barcode ISBN (akan diurus kemudian), dan nama penerbit.
Ukuran untuk cover depan dan belakang disesuaikan dengan panjang dan lebar buku dengan tambahan sekitar 3-5 mm agar tidak mengganggu settingan buku saat proses pencetakan berlangsung. Lebar cover tengah disesuaikan dengan tebal buku. Rumus yang biasa dipakai untuk menentukan lebar cover tengah adalah ((jumlah halaman/2) x (tebal kertas)). Jika kamu mencetak dengan kertas 70 gram (tebal 0,09 mm) dengan jumlah naskah 200 halaman, maka tebal cover tengah adalah (200/2) x 0,09 mm = 9 mm.
Selanjutnya adalah membuat ISBN (International Standard Book Number). ISBN diperlukan untuk kemudahan administrasi jika buku kita akan dijual di toko buku. Jika dijual online, ISBN bisa saja tidak diperlukan. Mengurus ISBN cukup mudah. Dokumen yang perlu dipersiapkan adalah surat permohonan pembuatan ISBN, fotokopi halaman judul buku, fotokopi halaman hak cipta, halaman daftar isi, dan halaman pendahuluan dan/atau kata pengantar. Contoh dokumen pembuatan ISBN bisa didownload di http://www.ziddu.com/download/9879835/contoh_berkas_isbn.zip.html. Jika sudah lengkap, silakan antar dokumen tersebut ke Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Salemba Raya 28A. Jika tinggal di luar Jakarta, dokumen tersebut bisa difax ke nomor 021-3927919 atau 021-70902017. Pembuatan ISBN tidak dipungut biaya dan prosesnya cepat (jika tidak ada antrian, hanya memakan waktu sekitar 10 menit).
Terakhir adalah mencetaknya. Jumlah buku yang dicetak beragam, tergantung pada cara yang kita pilih untuk menjual buku nantinya. Karena poin ini berbicara mengenai distribusi secara indie, maka diasumsikan kamu akan menawarkan buku tersebut dengan mendatangi langsung toko buku dan menitipkan sejumlah buku kepada mereka. Cara inilah yang dilakukan Clara Ng saat pertama kali memulai karir menulisnya. Toko buku biasanya menentukan jumlah minimal buku untuk didistribusikan dengan cara ini (sistem titip buku), jumlahnya bervariasi antara 100-1.000 eksemplar per toko buku. Ingat, semakin banyak jumlah eksemplar yang dicetak, tentunya biaya produksi akan semakin murah.
Bagaimana penentuan harga buku? Harga buku ditentukan berdasarkan rumus 1:4 sampai 1:6. Jika biaya produksi per eksemplar adalah Rp 10.000,00, maka harga jual buku adalah Rp 40.000,00-Rp 60.000,00. Sekali lagi, harga ini penulislah yang menentukan. Biasanya toko buku nantinya akan mengambil keuntungan 30-40% dari harga jual tersebut.
Seluruh masalah teknis pencetakan sudah selesai, sekarang saatnya bergerilya ke berbagai toko buku untuk mengajukan tawaran kerjasama penjualan buku. Jika pihak toko buku bersedia, maka buku kita akan dititipkan di sana. Nantinya setiap bulan kita harus proaktif mendatangi toko buku tersebut untuk memantau penjualan buku kita.
2. Mencetak secara indie dan menjualnya melalui bantuan distributor buku professional.
Untuk cara ini, kita melakukan cetak buku secara indie seperti yang tertulis di poin 1, namun distribusinya menggunakan jasa distributor buku professional. Biasanya setiap perusahaan penerbitan buku konvensional juga memiliki perusahaan yang khusus bergerak di bidang distribusi buku. Dengan menumpang distribusi, keuntungannya adalah buku kita bisa menjangkau sebagian besar toko buku di Indonesia. Biasanya jumlah minimal buku untuk didistribusikan dengan cara ini adalah 3.000 eksemplar. Nantinya pihak distributor akan mengambil keuntungan 50% dari harga jual buku.
3. Mencetak secara indie dan menjualnya melalui bantuan toko buku online.
Menjual buku kita melalui toko buku online bisa saja dilakukan. Caranya adalah dengan mengirimkan e-mail surat permohonan kerjasama kepada toko buku online yang dituju. Misal, jika kamu ingin menjual buku via kutukutubuku.com, maka surat yang dibuat ditujukan kepada Ibu Henny (manajer kutukutubuku.com). Isi suratnya bebas sesuai dengan bentuk kerjasama yang ingin kamu tawarkan.
4. Mencetak dan menerbitkannya melalui perusahaan self-publishing online.
Ini adalah cara termudah menerbitkan buku. Siapapun bisa menerbitkan buku melalui perusahaan self-publishing online, seperti nulisbuku.com. Caranya adalah buat account di situsnya, upload cover dan naskah buku kamu, dan selesai, buku kamu sudah terpampang untuk dijual. Metodenya adalah pesan dan bayar secara online. Buku kamu baru akan dicetak setelah ada yang memesan. Karena alasan inilah biasanya harga buku menjadi lebih mahal karena dicetak satuan.
5. Menerbitkannya melalui penerbit buku konvensional.
Setelah draft tulisan selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah mencetaknya sebanyak satu eksemplar dan dijilid, lalu dikirimkan ke penerbit yang kita inginkan. Format pencetakan biasanya berbeda untuk penerbit yang berbeda. Jadi, coba cari tahu dulu penerbit yang kamu tuju ingin dikirimkan naskah dengan genre apa, format penulisannya bagaimana, dan sebagainya. Biasanya jika naskah sudah diterima, akan ada konfirmasi dari pihak penerbit. GPU melakukan konfirmasi melalui surat, Gagas Media melalui e-mail. Jika tidak ada konfirmasi dalam waktu dua minggu setelah naskah dikirim, sebaiknya tanyakan melalui e-mail atau telepon mengenai status naskah kita. Saya pernah mengirim naskah ke Mizan dan baru dikonfirmasi bahwa naskah telah diterima setelah saya mengirimkan e-mail kepada mereka.
Biasanya, penerbit butuh waktu 3-4 bulan untuk mengevaluasi kelayakan terbit naskah kita. Waktu yang lama ini terjadi karena mereka menerapkan seleksi yang sangat ketat dan berjenjang untuk menentukan buku yang benar-benar layak untuk diterbitkan. Lagipula, setiap harinya mereka juga mendapat kiriman puluhan hingga ratusan naskah baru untuk diterbitkan.
Sepertinya itu saja dulu ya informasi mengenai mekanisme penerbitan buku. Masih superfisial sih. Kalau ditulis semua, akan panjang sekali soalnya. Jadi, kalau ada yang belum jelas dan dirasa kurang lengkap, silakan tanya. Saya akan dengan senang hati menjawabnya. :)
erima kasihsangat menarik t
ReplyDelete